AqidahUncategorized

[Kajian 3 Prinsip Utama] Bagian 1 : 4 Kewajiban Utama Bagian 4

Kewajiban Melaksanakan 4 Hal

Matan :

Bismillahi ar-Rahmaani ar-Rahiimi

Ketahuilah saudaraku, semoga Allah merahmati Engkau

Wajib bagi kita untuk mendalami 4 hal yaitu:

  1. Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal ajaran Islam berdasarkan dalil-dalil-Nya.
  2. Amal, yaitu menerapkan ilmu ini
  3. Dakwah, yaitu mengajak orang kepada ilmu ini
  4. Sabar, yaitu tabah dan teguh dalam menghadapi rintangan dalam mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan ilmu ini

Adapun dalilnya adalah firman Allah

“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr)

Berkata Imam Syafii rahimahullah

“Seandainya Allah hanya menurunkan surat ini saja, sebagai hujjah bagi makhluk-Nya, tanpa hujjah lain, maka sungguh telah cukup surat ini sebagai hujjah”

Kemudian Imam Bukhari berkata:

“Bab Ilmu didahulukan atas perbuatan. Dalilnya adalah firman Allah

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu…” (QS Muhammad : 19)

Dalam ayat ini Allah memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu sebelum ucapan dan perbuatan.”

 

Syarah :

Kemudian kewajiban yang berikutnya adalah sabar dalam menjalani itu semua

Sabar adalah istiqamah sampai tujuan. Karena sebagaimana pepatah arab yang menyebutkan barang siapa yang bersabar di jalannya maka ia akan sukses. Sementara ada jarak yang cukup antara bersungguh-sungguh dengan kesuksesan. Maka jarak itu harus disambung dengan kesabaran.

Sabar dalam menuntut Ilmu.

Menuntut ilmu pada hakikatnya adalah mengubah kebiasan menjadi kebiasaan yang lain. Sementara manusia selalu kesulitan mengubah kebiasaannya. Karenanya diperlukan usaha yang berulang-ulang. Karena itu, tidak ada yang mudah dalam menuntut ilmu.

Sebagai mana pepatah Imam Syafii yang dikutip Imam Zarnuji

Barang siapa yang belum pernah merasakan pahitnya menuntut Ilmu walau sekejap

Maka bersiaplah menanggung kebodohan sepanjang hidupnya.

Karenanya bagi siapa yang ingin menjadi pintar, ia harus mengorbankan diri dan waktunya untuk bersungguh sungguh dalam belajar.

Tidak ada orang yang pandai yang memperoleh kepandaiannya dengan tidur sepanjang  malam. Imam Nawawi tidak pernah meletakan punggungnya di tanah selama 2 tahun lebih. Maknanya beliau tidak pernah berhenti belajar. Kalaupun tertidur maka tertidur dengan duduk di depan kitab.

Tentu saja kesungguhan ini harus disertai dengan kesabaran.

Ada sebuah kutipan yang bagus di kalangan guru yang mungkin perlu diperhatikan bagi para penuntut ilmu yaitu:

Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang kurang termotivasi.

Karenanya saya sering mengatakan kepada murid-murid saya, “Karena susah itulah maka kita harus pelajari. Kalau mudah untuk apa belajar?”

Ingatlah ketika kita masih di SD sangat sulit menghafal perkalian. Namun sekarang kita sudah tidak mengalami kesulitan lagi. Begitupun sekarang, kita masih sulit untuk mempelajari apa yang kita pelajari. Tetapi nantinya kita pasti akan mengerti  dengan pelajaran yang kita pelajari saat ini. Dengan catatan kita tetap sabar untuk mempelajarinya.

Seperti ucapan Ustadz Yusuf Mansyur

“Hafalkan Al  Quran walaupun engkau tidak hafal-hafal.”

Insya Allah lana kelamaan juga kita akan menghafalnya.

Sabar dalam beramal

Sabar dalam beramal ini ada dua. Yaitu sabar dalam menjalankan perintah Allah dan sabar dalam menjauhi larangan Allah.

Sabar dalam menjalankan perintah Allah maksudnya adalah tetap menjalankan perintah Allah apapun halangannya. Biasanya cemoohan, cibiran dan olok-olok manusia yang dengan mulutnya akan menghalangi kita dari jalan Allah.  Bisa juga godaan setan yang berbisik menyampaikan keraguan atau juga mendorong perbuatan maksiat karena perbuatan baik. Misalkan mendorongnya sifat ujub karena amaliyah yang kita perbuat.

Contoh sabar dalam menjalankan perintah Allah ini antara lain adalah sabar dalam menuntut ilmu seperti yang telah dijelaskan.

Ada juga contoh sabar dalam menjalankan perintah Allah adalah sabar dalam mempertahankan hak. Allah mewajibkan kita untuk berjuang sekuat tenaga mempertahankan hak. Karena orang yang mati karena mempertahankan haknya adalah merupkan orang yang mati syahid juga.

Sedangkan sabar dalam menjauhi  larangan Allah tidak kalah juga pentingnya. Karena maksiat itu asyik. Maksiat itu enak. Belum lagi godaan hawa yang kadang membuat kita tergelincir. Termasuk juga godaan setan dan kaki tangannya yang akan menjerumuskan kita ke neraka.

Maka lawanlah! Dan bersabarlah. Menyerahlah kalau setan-setan itu sudah menyerah.

Sabar dalam berdakwah

Berdakwah juga diperlukan kesabaran. Karena hambatan dakwah itu sangat besar. Dibutuhkan pengorbanan yang sangat besar.

Hambatan dakwah tidak hanya berasal dari faktor-faktor luar. Seperti umat yang tidak juga menyambat seruan. Kemudian halangan dari orang-orang yang tidak menyukai dakwah seperti orang kafir dan munafik. Tetapi juga bisa berasal dari faktor internal

Hambatan dari faktor internal bisa berasal dari jamaah  kaum muslimin maupun dari dalam diri juru dakwah itu sendiri.

Dan yang paling penting dari itu semua adalah mengatasi hambatan yang muncul dari dalam diri juru dakwah itu sendiri.

Hambatan yang muncul dari dalam diri juru dakwah adalah hati yang kurang dari nilai-nilai ruhaniyah karena disebabkan kurang kuatnya hubungan dai dengan Allah. Kurang sempurnanya amalan –amalan wajib seperti membaca Al Quran maupun kurangnya amaliah-amaliah Sunnah seperti shalat Sunnah, puasa Sunnah maupun shadaqah Sunnah. Selain itu para dai juga kurang melakukan muhasabah diri terhadap amaliahnya, motivasinya maupun keikhlasannya. Kurangnya ruhiyah bisa juga disebabkan karena kurangnya mengingat pemutus kenikmatan dan keyakinan kepada kehidupan sesudah kematian.

Karenanya para dai menjadi kurang waspada dengan bisikan-bisikan hati  yang bukan hanya merusak dirinya semata, melainkan juga berdampak kepada bagunan dakwah.

Oleh karena itu, para dai perlu bersabar untuk memupuk keikhlasan sebagai titik tolak landasan dakwahnya, bersabar untuk terus membangun persatuan jamaah kaum muslimin, bersabar untuk terus mengajak umat kepada kebaikan dan juga bersabar terhadap gangguan-gangguan orang kafir dan munafik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *